Selasa, 03 Maret 2015

Sweet moment Pangeran Kecilku

Hari Sabtu dan Ahad merupakan hari yang sangat ku nantikan. Ketika libur, aku puas bermain dengan anak-anakku. Meskipun Sabtu pagi ada jadwal rutin mengikuti tahsin di Pesantren Tahfidz Utsmani dan kedua anakku ku tinggal, namun setelah itu aku bebas bermain dengan mereka. Untuk si sulung Mbak Dina, dia sudah tidak begitu minta ditemani secara penuh. Yang penting bundanya ada didekatnya saja sudah cukup baginya. Dia akan asyik dengan mainannya dan dialog2 imajinasinya ketika memainkan mainan tersebut. Sementara itu yang kecil dek Fahmi benar-benar harus standby disampingnya. Maklum saja di usianya yang menginjak 15 bulan dia belum mau jalan. Masih minta "ditetah". Sehingga bentar-bentar nyari tangan untuk "netah" kalau dia mau jalan ke seluruh penjuru rumah. Selain itu hobinya naik meja, manjat tangga dan pegangannya serta naik-naik kursi dan meja kecil membuat kami harus ekstra memastikan kondisinya aman. Yah itulah kegiatan di hari Sabtu Ahad. Menciptakan "bonding" antara aku dengan anak-anakku yang 5 hari sebelumnya ku tinggal bekerja dari pagi sampai sore.
Pada hari Senin kemarin, sepulang kantor Mbak Marsih (yang jagain Fahmi) bercerita kegiatan harian anak-anak. Seperti biasa aku memantau perkembangan anak-anakku dari cerita mbaknya. Kemudian ada sebuah kejadian yang menurutku wajib aku tulis kembali disini. Sekitar jam 09.00 pagi, bu Rondhi(yang nyetrika dan bersih-bersih) sedang menyetrika. Fahmi mengacak-acak baju yang akan disetrika. Baju Mbak Dina dilempar-lemparin. Begitu melihat baju Bundanya berupa kaos putih dan daster panjang warna orange, diambilnya kedua benda itu. Kemudian dipeluk erat keduanya. Ketika akan diminta oleh mbaknya dia menggeleng dan tetap memegang erat baju tersebut. Ternyata dia mengantuk dan akhirnya dibuatin susu dan digendong sama Mbak Marsih. Tak berapa lama diapun tertidur. Subhanallah....dengar cerita mbaknya dalam hati aku bahagia dan sedih. Bahagia karena peristiwa itu menunjukkan bahwa telah tercipta "bonding" yang kuat antara aku dengan anakku meskipun aku adalah wanita pekerja. Aku juga sedih karena tetap ada perasaan "bersalah" ketika meninggalkan sang Pangeran kecilku bekerja dan dia mencariku disaat sebenarnya dia butuh aku.hu..hu...
Namun memang itu semua kembali kepada pilihan yang telah ku ambil selama ini. Aku memang tidak/belum berfikir untuk resign. Walau aku bekerja sebisa mungkin aku akan menciptakan "quality time" dengan anak-anakku sehingga kedekatan dengan mereka tetap terjaga. Dan pada akhirnya semuanya ku titipkan kepada Sang Pencipta. Dalam lantunan doa-doa yang tak pernah putus terangkai dalam kata, senantiasa ku pinta agar mereka menjadi manusia yang selalu mengabdi dan menghamba pada-Nya. Rabbi habli minash shaalihiin. Rabbi jadikan aku dan keluargaku orang-orang yang mendirikan shalat. Aamiin