Rabu, 31 Mei 2017

KETIKA SAYA HARUS MEMILIH



GAME LEVEL I KOMUNIKASI PRODUKTIF
Pertama kali bagi saya memperoleh materi komunikasi produktif disertai dengan tantangan game terkait materi tersebut. Mengunyah materi  tersebut pelan-pelan, meresapi maknanya dan membandingkannya dengan kehidupan yang telah saya jalani. Begitu banyak yang harus diperbaiki. Hingga ketika membaca game tantangan dari materi tersebut, wah....bingung juga. Mana yang harus saya pilih. Bagi saya semua itu penting. Tantangan yang harus dilaksanakan hampir semuanya wajib direalisasikan dalam keseharian saya. Dan ketika saya harus memilih, akhirnya pilihan itu jatuh pada komunikasi produktif dengan anak yaitu "mengendalikan emosi". Mengapa mengendalikan emosi ini penting bagi saya??? Saya adalah orang yang agak temperamental. Teringat pengalaman dimasa kecil, ketika saya sedang marah harus ada tempat pelampiasan. Pintu yang tak berdosa saya banting keras-keras. Nikmat sekali menendang ember ataupun panci. hi..hi..hi...alhamdulillah setelah dewasa sudah bisa mengerem perilaku kasar tersebut, namun untuk mengerem omongan dengan nada tinggi masih kesulitan. Terlebih lagi bila badan capek, badmood mendera. Anak-anak biasanya yang terkena getahnya. Diiringi dengan niat baik dan basmallah, game level 1 ini saya memilih "mengendalikan emosi" dan tantangan tersebut mulai saya terapkan kemarin, Kamis 30 Mei 2017.

Setiap hari pasti ada tingkah  laku anak-anak yang menguji kesabaran kita. Kemarin sore setelah shalat maghrib, mbak Dina (putri sulung saya) meneriaki Fahmi adiknya untuk tidak masuk ke lemari pakaiannya karena takut kena virus. Kebetulan Fahmi sedang sakit cacar yang sebetulnya awalnya Dina yang kena. Sebelumnya saya sudah berulang kali mengingatkan untuk memberi nasehat adiknya dengan baik-baik, namun sampai sekarang Dina masih mengandalkan teriakan-teriakan. Dalam materi komunikasi produktif kemarin ada satu poin yang saya garis bawahi "bahwa anak tidak pernah salah dalam mengcopy tindakan orangtua dan orang disekitarnya". Sebuah refleksi bagi saya. Barangkali selama ini saya sering melakukan hal yang sama kepada Dina sehingga dia meniru apa yang saya lakukan. Mengingat hal tersebut sekaligus menjawab tantangan game dari bunda produktif, saya berusaha mengendalikan emosi melihat perlakuan Dina kepada Fahmi. Istighfar berkali-kali dan kemudian saya ajak Dina bicara baik-baik. Bagaimana kalau Dina juga diperlakukan begitu oleh Bunda?Apa yang Dina rasakan sekarang dan mengapa sampai muncul teriakan seperti itu???Hingga kemudian sebuah solusi kami sepakati untuk saling mengingatkan ketika kami mulai berbicara dengan marah satu sama lain. Berawal dari proses pengendalian emosi, saya bisa mengajak Dina bicara baik-baik hingga muncul sebuah solusi bersama. Dari sini saya belajar untuk mempraktekkan sekaligus beberapa cara komunikasi kepada anak mulai dari pengendalian emosi, pengendalian intonasi suara dan penggunaan suara ramah serta fokus pada solusi, bukan masalah. alhamdulillah, materinya berguna banget untuk keseharian saya. terimakasih IIP. terimakasih bunsay. Love u all.



Senin, 22 Mei 2017

Menjelang kelas bunsay

Bagi saya ikut kelas IIP selalu bikin deg-deg ser.  Selain karena materi-materinya, tantangan dari setiap materi yang diberikan itu lho yang membuat dag-dig-dug.  Terlebih lagi dikelas bunsay nanti. Dalam hati ini bertanya-tanya,  kira-kira saya sanggup nggak ya??? Saya kan seorang istri dan ibu yang sangat jauh dari kata sempurna .  Terlebih lagi hari ini ketika diberikan materi tutorial google drive.  Saya yang gaptek berfikir ini apa ya.  Benar-benar sesuatu yang baru.  Kalau biasanya hal seperti ini dipasrahin sama suami,  sekarang harus mulai belajar mandiri dan bisa sendiri (ala bisa karena dipaksa. . He. . He. . . ).  Semangat mencoba aja deh. Bismillah, segala sesuatu yang diniatkan untuk kebaikan akan diberikan kemudahan oleh Allah.  Aamiin