Rabu, 10 April 2013

Bisa Ngaji Nggak????

Sinetron tukang bubur naik haji merupakan salah satu acara yang ditunggu keluarga saya. Sinetron ini tayang di RCTI mulai pukul 18.30. Seperti biasa, ketika saya menjemput dina dirumah Mbahnya, saya baru pulang kurang lebih jam 20.00. Bisa dipastikan dirumah Mbah, channel televisi itu yang diputar. Sesampai dirumah yang ibaratnya hanya sekedipan mata dari rumah Mbah, saya pun menyalakan channel tersebut. Bukan karena pengidola, tapi agar rumah tidak sunyi ketika saya hanya berdua dengan Dina. Kebetulan ada yang menarik dari tayangan kemarin malam untuk diceritakan disini.
Ada seorang pemuda playboy namanya Restu tertarik dengan gadis sholihah namanya nafisah. Singkat cerita Restu diminta untuk berkunjung ke rumah Nafisah jika memang serius karena orangtua nafisah ingin bertemu dan mengenal Restu. Datanglah Restu ke rumah Nafisah pada saat adzan maghrib berkumandang. Sungguh waktu yang sangat kurang tepat. Kemudian pada saat sudah duduk dimeja makan, keluarga nafisah yang memang religius memulainya dengan berdoa. Pada saat itulah Restu sudah terlanjur mengambil "centong" nasi.Alhasil untuk menutupi rasa malunya, sang Pemuda pura-pura berdoa lebih khusyuk dan lama dengan tetap memegang "centong" nasi. Kemudian menjelang acara makan berakhir, dimulailah acara interogasi oleh Ayah Nafisah. Saya tidak begitu melihat dan mendengar dengan jelas apa saja yang ditanyakan karena bolak-balik beresin kerjaan rumah, namun ada satu kejadian yang lucu. Ketika Ayah Nafisah menanyakan "bisa ngaji nggak?", berkeringatlah Sang Pemuda. Satu gelas air minum sudah habis dan baru dia bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dari gesture tubuh sudah bisa ditebak jawaban yang benar dari pertanyaan itu. Akan tetapi demi gengsi nama baik didepan calon mertua yang diidamkan Restu menjawab bisa. Dah khatam lebih dari 30 Juz malah.He..he...sejak kapan Al Qur'an lebih dari 30 Juz ya?????
Itulah sekelumit cerita sinetron yang saya lihat kemarin malam. Saya bukan ingin mengomentari jalannya sinetron, namun ingin menyampaikan beberapa poin penting untuk kita ambil ibrahnya
  • Jika bertamu ke rumah seseorang, perhatikan waktu berkunjung. Ini penting mengingat waktu yang tidak tepat akan membuat suasana tidak nyaman. Selain itu tuan rumah bisa merasa tergangggu. Sebagai muslim, hal ini merupakan salah satu adab ketika bertamu. Apalagi kalau kita mau berkunjung ke rumah calon mertua, harus diusahakan kedatangan kita akan menjadi momen spesial untuk meraih simpati camer. Setuju????
  • Salah satu bentuk tanggungjawab orang tua terhadap anak perempuannya adalah mencarikan jodoh apabila sudah dewasa sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut :
    وَ اَنْكِحُوا اْلاَيَامى مِنْكُمْ وَ الصّلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَ اِمَآئِكُمْ، اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِه، وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ. النور: 32
    Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. An-Nuur : 32]
    Kita lihat  dalam cuplikan sinetron diatas bagaimana bentuk tanggung jawab itu dilaksanakan oleh Ayah Nafisah dengan menyeleksi pemuda yang akan menjadi imam putrinya. . Pertanyaan yang diajukan "bisa ngaji nggak?" menunjukkan bahwa Ayah tersebut tidak semata-mata berpedoman kepada materi.  Sang ayah menganggap ilmu dalam masalah agama juga penting. Sungguh, merupakan hal yang wajar jika orangtua menanyakan status pendidikan, status pekerjaan, gaji dan penghasilan kepada calon menantunya. Namun, dijaman sekarang berapa banyak orang tua yang masih peduli dan menganggap penting akhlak serta keimanan calon pendamping putrinya. Pertanyaan yang sepele, namun itu menunjukkan kedalaman pengetahuan dari orangtua tersebut. Ketika dia menginginkan kebahagiaan dunia akhirat bagi putrinya, tentu suami harus bisa membimbing putrinya didalam ketaatan kepada Allah dengan berpedoman kepada kitabullah serta sunnah Rasulullah. Apakah mungkin seseorang yang tidak bisa ngaji (membaca Al Qur'an) akan mampu mengajarkan kandungannya???Secara logika tentu jawabannya adalah tidak. Meskipun tidak sedikit pula yang bisa membaca Al Quran namun tidak mengetahui kandungannya apalagi mengajarkannya (termasuk saya disini:))) Akan tetapi minimal sudah ada usaha untuk mempelajari kitabullah tersebut. 
    Bukan lantas kita sebagai orangtua mempersulit ketika anak mau menikah dengan mengajukan kriteria yang tinggi kepada calon pasangannya. Semua itu kembali kepada kejernihan dan kedewasaan kita dalam berfikir. Dengan memohon petunjuk kepada Allah, tentunya keputusan yang bijak bisa diambil (sok tua nggak ya????) kiranya itu saja yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini. Yang baik silahkan diambil, yang tidak baik jangan ditiru.




Rabu, 03 April 2013

FIRST MOMEN WITH MY MOTORCYCLE

Setelah sekian lama berazam untuk naik motor ke kantor, akhirnya azzam tersebut terlaksana pada 03-04-2013. Bukan tanggal yang cantik memang, namun bagi saya mengandung nilai sejarah:).

Sejak kecil saya hanya bisa naik sepeda onthel, bahkan sampai SMEA. Setiap pagi mengayuh sepeda dengan jarak kurang lebih 7.5 km. Melewati sawah-sawah yang pemandangannya sungguh menakjubkan di pagi hari. Disebelah kanan, sinar matahari pagi menembus kabut tipis diatas batang-batang padi yang kehijauan. Menciptakan pelangi warna yang indah tiada tara. Di sebelah kiri, nun jauh disana terpampang barisan perbukitan menoreh. Tegak berdiri melambangkan kuasa Illahi. Udara segar sedikit terkotori polusi. Mengalir ke seluruh sendi memberikan extra energi. Deuh, sesuatu banget rasanya waktu itu. Karena moment-moment itu yang menjadi penawar kelelahan diri. Dan penawar rasa rendah diri ketika berpapasan dengan rombongan-rombongan anak SMA yang naik sepeda motor(ketika pulang sekolah). Hampir setengah perjalanan saya sendiri, mengayuh sepeda onthel seorang diri. Diarah berlawanan, rombongan anak SMA dengan sepeda motornya yang gagah perkasa beriring-iringan membentuk barisan yang tiada putusnya. Ah, andai pada waktu itu ada jalan lain, tentu aku akan mengambil jalan itu.

Dan kini lebih dari sepuluh tahun setelah masa-masa tersebut, akupun bisa memiliki sepeda motor sendiri dan berani pula mengendarainya ditengah keramaian ibukota. Puji syukur kepada Allah yang memberikan keteguhann dan mengilhamkan keberanian di hati ini. Juga berkat dukungan dari suami tercinta yang selalu memotivasi. Makasih Ayah tuk semua cinta dan dukunganmu yang tak  pernah terhenti