Rabu, 07 Juni 2017

Bukan sekedar melipat mukena

Selepas shalat maghrib, dina melipat mukena ala kadarnya. Antara dilipat atau tidak sama saja. Setelah itu, dia tinggal pergi ke kamar. Selesai berdoa, saya melihat lipatan mukenanya. Wah, ini mah namanya bukan melipat. Padahal sudah berulangkali saya mengajari dan mengingatkannya untuk melipat mukena dengan baik. Saya berfikir daripada ngomel nggak jelas, dicoba lah komunikasi produktif. Dimulai dari pengendalian emosi untuk tidak ngomel. Saya panggil dia dengan nada yang ramah. “Mbak Dina, tolong ke sini dong!” Dina kemudian menghampiri saya. “Ada apa Bun?” Mbak Dina kan sudah bunda ajari melipat mukena dengan baik. Hayo diperbaiki lipatan mukenanya!” Malas ah bun, yang penting sudah dilipat. Memang kenapa harus dilipat rapi?bla...bla...bla...sederet argumennya keluar semua (ngeyel kayak saya.hi.hi...). Sesi tersebut diakhiri dengan mengulang lipatan mukena hingga tampak seperti difoto. Itupun terjadi setelah kami diskusi panjang lebar dan saya jelaskan alasan dan hikmah mengapa harus seperti itu.  Satu momen saja beberapa tantangan game komunikasi produktif bisa tercapai. Pengendalian emosi, Intonasi Ramah dan sharing hikmah. Alhamdulillah.
Fotonya gak bisa diupload. Maaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar