Rabu, 30 Mei 2018

Fitrah Seksualitas Anak Pre Aqil Baligh (7-10 tahun)




Fitrah Seksualitas Anak Pre Aqil Baligh (7-10 tahun) oleh kelompok 4

Pada presentasi kali ini kami akan membuka dengan tema Fitrah Seksualitas Anak Pre Aqil Baligh (7-10 tahun). Temanya sama dengan kelompok 3 kemarin tapi InsyaAllah dengan sudut pandang yang sedikit berbeda.

Mengapa kami memilih masa pre aqil baligh? Jujur alasan pertama karena klo liat dari alur presentasi kelompok, rasa-rasanya kami pas ngebahas tema ini
Alasan kedua karena anak-anak kami ada atau sebentar lagi akan masuk ke rentang usia ini. Jadi sekalian mempersiapkan anak 

Sebelumnya kami akan berikan 3 artikel. 3 artikel ini kami anggap contoh riil dari permasalah fitrah seksualitas yang terjadi saat ini.

Case 1

KETIKA LAKI-LAKI DAN NEGARA TAK BERFUNGSI 

Penulis : Ria Fariana
Sumber :   http://www.voa-islam.com

Hari ini, saya ngobrol dengan seorang nenek penjual nasi pecel. Usianya 83 tahun dan sudah sakit-sakitan. Ia memunyai satu anak laki-laki yang tinggal serumah dengannya bersama dengan istri dan dua anaknya. Anak laki-laki ini bekerja sebagai tukang becak tapi jarang beroperasi becaknya. Dia lebih memilih duduk atau tiduran di becaknya sambil menikmati semilir angin. Intinya, anak laki-laki ini malas bekerja keras demi menafkahi anak dan istrinya.

Si istri atau menantu nenek penjual nasi pecel ini tidak mau membantu mertuanya berjualan. Ia lebih memilih nonton TV dengan santai di rumah. Anak pertamanya yang perempuan pun harus drop out dari SMK karena hamil duluan. Setelah dinikahkan dan melahirkan, ia, bayi serta suaminya yang pengangguran tinggal di rumah tersebut dan menjadi beban si nenek tersebut. Bayangkan, setua itu dia harus memberi makan 7 mulut di rumahnya.

Di kesempatan yang lain, nenek berusia 87 tahun penjual kerupuk seharga seribuan curhat pada saya. Ia keliling dari kampung ke kampung menjajakan dagangannya demi laba seratus rupiah per bungkus kerupuk. Anaknya sembilan dan sudah menikah semua. Tak ada satu pun yang mau menanggung biaya hidup ibunya. Nenek ini sebetulnya memunyai uang pensiun dari suaminya yang mantan angkatan. Tapi karena ada salah satu anaknya yang hidupnya sangat miskin sehingga ia tidak tega dan memberikan uang tersebut untuk keluarga anaknya. Jadilah untuk makan dan biaya kostnya, ia berjualan kerupuk tersebut.

Dua ilustrasi di atas, bisa jadi membuat hati kita iba dan miris. Sosok yang seharusnya sudah beristirahat di masa tua, masih saja membanting tulang bukan demi dirinya tapi anak dan cucu juga. Salah satu teman, mengatakan bahwa fenomena demikian tidak membuatnya iba tapi marah. Kemana nurani anak dan cucunya? Kemana pemahaman dan bakti si muda pada yang tua? Apalagi bila ada sosok laki-laki di sana, betapa teganya ia membiarkan ibunya mencari receh demi memberi makan keluarga.

Tanggapan :

Siti Cholidah: Miris dan sedih .... kl menurut sy pribadi segala sesuatu terjadi ada sebab dan akibat. Kembali ke ajaran agama dan berpedoman kepada Al Quran mnjd salah satunya. Apalagi masalah pendidikan dan pengasuhan anak.

Widi : Bismillah
Mencoba menanggapi.
Saya pernah bersinggungan dengan kasus seperti ini. Tetangga ada yg begini. Jadi karena awalnya si ibu dulu juga hidup dibawah garis kemiskinan, jadi menitipkan anak2nya yg banyak utk diurus tetangganya yg dengan ikhlas mau menjaganya (dari cerita orang2) sementara si ibu menjadi buruh tani. Sementara suami si ibu meninggal.
Jadi mungkin anak2nya kurang vitamin AB sekaligus. 😢 Pernah dapat bantuan dari dinas sosial tapi dikelola dg TDK bertanggung jawab oleh anak2nya. Jadi bantuan diputus.
Jadi permasalahan selesai ketika ibunya meninggal, anak2nya baru tergerak mau kerja kasar (krna pendidikan yg rendah)
Sedih yaak

Rahmi :  boleh tau kah kenapa mirisnya?
Siti Cholidah: Miris dan sedih mba, memiliki anak2 yg tdk bertanggung jawab. Pdhl miskin bukan masalah, namun keimanan yg plg ptg. Seandainya si ibu mendoakan anak2nya insya Allah anaknya akan berubah. Sepanjang sang ibu menjaga ketaqwaan kpd Illahi.

Uli : Innalillahi... Sedih ya, suka tidak suka ini adalah potret hidup bagi sebagian masyarakat di indonesia. Bisa jd karena dulu orang tua terlalu memanjakan si anak, jd anak malas untuk bekerja. Semoga kita terhindar dari hal tsb. Aamiin

case 2

Bunda, Didiklah Anak Sesuai Fitrahnya Penulis : Yana Nurliana Sumber :   http://www.voa-islam.com

Saya mendengarkan 'sekilas info' di radio streaming bahwa Angelina Jolie dan Brad Pitt membawa anaknya ke psikiater karena perkembangan jiwa tomboy anak cewek 9 tahunnya makin memprihatinkan. Masak sih?
Setahu saya, lewat media juga, bahwa Jolie adalah orang yang paling bertanggung jawab 'mendandani' anaknya seperti lelaki sejak usia 4 tahun. Saya langsung buru-buru searching berita dari media berbahasa Inggris.
Ternyata berita yang seliweran di media online, malah semakin mendukung dugaan saya. Jolie Pitt sedang mendukung anaknya menjadi anak laki-laki, senyaman-nya. Duh! Bahkan di salah satu penampilan terbaru keluarga mereka, Pitt, secara perdana meminta media dan masyarakat mengganti sapaan nama Shiloh, gadis 9 tahun itu menjadi John, seperti nama yang diinginkan anaknya tersebut.
Media barat serempak memberi apresiasi, apalagi para komunitas LGBT. Mereka malah membuat istilah baru "TranKid" (Banci Cilik) untuk mendukung Jolie Pitt sebagai orangtua paling toleran dalam mendidik anak-anaknya menjadi yang mereka inginkan. Gleks! Bahkan media populer Inggris Telegraph.co.uk membuat ulasan yg lebih banyak mengutip komentar para aktifis gender yang tentu saja 'mendikte' pembaca untuk mendukung metode parenting 'gila' pasangan ini.
Sayangnya isu pertumbuhan anak cewek tomboy, atau anak cowok melambai bukan hal yang baru di Indonesia bahkan mungkin di lingkungan kita. Di gang Kampung Baru, Balikpapan, kampung kelahiran saya, sekitar tahun 90an, ada 2 anak perempuan yang DIBIARKAN tumbuh dan bergaya laki-laki. Awalnya dianggap lucu saat balita. Ya lucu. Anak cewek kok berdandan cowok. Dan sekarang kedua gadis kecil itu tumbuh dewasa dan resmi menjadi seorang Lesbian. Perawakan, gaya, dandanan, sangat lelaki. Sedihnya.
Tetangga kami di Jombang, anak perempuan 5 tahun, setiap hari berdandan dan bergaya laki-laki. Baju dan mainan yg dikenakan sehari-hari sangat 'lelaki'. Termasuk, ia lebih jago mengocek bola sepak daripada Thoriq, anak laki-laki saya. Karena dia marah dibilang cantik, maka saya semakin memanggilnya cantik setiap ketemu.
"Hey cantik, bonekanya mana? Ke rumah ummi yuk! Ummi banyak boneka. Nanti ummi kasih.” Dan biasanya dia akan ngambek, dan melengos.
"Emoh! Aku sukanya Bal-bal-an." (Gak mau, aku sukanya main bola).
Lucu? Iya, sekarang. Setiap bertemu ibunya, kalimat pembelaan dirinya selalu sama.
"Anaknya gak mau dipakein baju cewek ehh, ngamuk. Semua baju yang saya belikan akhirnya kemeja sama jeans cowok.”
Saya dan suami biasanya melongo. Bagaimana bisa anak 5 Tahun sudah begitu powerfull-nya mengintimidasi orangtua memenuhi semua keinginannya.
Ini baru 5 tahun lho buuun! Saat usia segitu saja bunda tidak bisa berbuat apa-apa pada semua permintaannya. Lalu, apa yang bunda harapkan di usia remajanya? Karena pasti saat berdebat dan berargumen, akan lebih canggih dari sekarang? Bahkan saat berbeda ekstrim, dia bisa minggat. Kecuali memang, Bunda menginginkan dia tumbuh dan menjadi lelaki.

Tanggapan :
 Sani Iip: lemahnya pondasi iman, kemalasan, kemiskinan, dan apatis

definisi fitrah seksualitas


PRE AQIL BALIGH I (7-10 tahun)
What To DO?? MEMBANGKITKAN KESADARAN FITRAH SEKSUALITAS
HOW??
✓ Anak LAKI-LAKI didekatkan ke AYAH → memahami peran sosial seorang lelaki dan seorang ayah dari ayahnya
  Anak PEREMPUAN didekatkan ke IBU → memahami peran sosial seorang perempuan dan seorang ibu dari ibunya
INDICATOR OF ACHIEVEMENT??
 1.  Ayah jadi FIGUR IDOLA anak laki-laki
2. Ibu jadi FIGUR IDOLA anak perempuan
3. Sadar akan pribadi dirinya sebagai laki-laki atau perempuan        dan tahu konsekuensi atau tanggung jawabnya.
Yang kami garis bawahi adalah

Peran laki-laki dan perempuan  TIDAK SAMA  tetapi  SALING MELENGKAPI
Kali ini kami akan lebih membahas bagaimana mengarahkan fitrah seksualitas di usia pre baligh 1 (7- 10 tahun), diantaranya dengan membahas 2 contoh kegiatan

Contoh kegiatan berkaitan dengan Fitrah Seksualitas
1. Menanamkan kelelakian (jiwa maskulinitas) pada anak laki-laki dan keibuan (jiwa feminitas) pada anak perempuan
2. Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan
Pada case 1 dan case 2. terlepas kita tidak mengetahui kondisi/penyebab sebenarnya, kita dapat mengira2 bahwa ada masalah mengenai jiwa kelakilakian dan jiwa keperempuanan pada individu bersangkutan maka hal ini yang peelu dikembangkan di rentang usia ini

pembahasan dari kami, ada bbrp hal yang dapat kita lakukan untuk menanamkan kelelakian (jiwa maskulinitas) pada anak laki-laki dan keibuan (jiwa feminitas) pada anak perempuan.

Kasus pada case 1 Kasus diatas menggambarkan bahwa kurangnya pemahaman anak mengenai peran laki-laki dan peran perempuan.Anak laki-laki harus disadarkan peran kelelakiannya sebagai seorang PEMIMPIN dan PENCARI NAFKAH contohnya dengan cara-cara seperti:
1.Rapat Keluarga : Diskusi mengenai rencana keluarga yang dapat melibatkan anak-anak. Misalnya, rencana liburan, rencana renovasi kamar Anak Dan biarkan sang ayah yang memimpin Dan menunjukkan jiwa kepemimpinannya. Sang Ibu menunjukkan sebagai copilot dalam diskusi tersebut sebagai fasilitator Dan moderator.
2.Shalat berjamaah di Masjid : Sang ayah mengajak Anak laki-lakinya untuk shalat berjamaah di Masjid. Sang ayah Sudah terlebih dahulu rajin shakat berjamaah di Masjid sebagai contoh bagi anak-anaknya. Shalat berjamaah di Rumah juga bisa, dengan ayah atau Anak laki-lakinya menjadi imam Dan posisinya didepan.
3.Memberi pengertian kenapa ayah bekerja setiap hari : tunjukkan Dan jelaskan bahwa ayah rajin bekerja Dan mengapa harus bekerja. Agar Anak-anak laki-lakinya mencontoh Dan mengidolakan sang qyah yang giat bekerja namun juga rajin beribadah

•PEMBAHASAN CASE 2
•Orang tua yang tidak memberikan pemahaman identitas seksualitas diri sejak Dini. (Ini Sudah dibahas pada diskusi kelompok 1 & 2)
•Orang tua yang tidak memberikan contoh Akan Fitrah Seksualitas sesuai dengan gender baik perilaku maupun pakaian sehari-hari sebagai identitas dirinya.
•Lingkungan atau tetangga yang kurang mengarahkan kepada Anak sesuai dengan fitrah seksualitqsnya.
•Waspada Dan melek diri bahwa jika terjadi penyimpangan Seksualitas, maka bisa Jadi mendapat dukungan dari komunitas yang menyimpang tersebut (komunitas LGBT) bahkan secara international, MENGINGAT saat ini adalah era global Dan informasi yang terbuka Dan tersebar luas.
Pembahasan yang terakhir adalah mengenai pemisahan tempat tidur


Diskusi :

Rifni IIP: Terkait case ini, saya jadi teringat masa2 labil waktu usia SMP. Dulu tuh saya merasa tomboy itu keren, jadi walaupun saya berjilbab, suka banget hal2 berbau cowok: sepakbola, musik2 rok, aksesoris2, terus ga pernah pake rok selain seragam. Sampe cikal bakal saya pengen banget kuliah di jurusan teknik. Setelah dipikir2 nggak tau juga sih kenapa, mungkin karena saya dulu lebih mengidolakan sosok ayah dibandingkan ibu. Yang ada di benak saya dulu ibu itu galak, hampir setiap hari ngomel; sementara ayah itu penyabar, nggak pernah marahin. Atau bisa jadi karena orientasi ortu saya yg terlalu mementingkan akademis, sehingga life skill kewanitaan saya kurang terasah di rumah. Tapi seiring berjalannya waktu, usia SMA-kuliah gitu mulai suka yg feminin2, bunga2, kerajinan tangan, pekerjaan rumah tangga, dll. hingga bisa seperti sekarang 😅😅 #maafcurhatkepanjangan

Rahma :  Terima kasih sharingnya Mba Rifni....
Memang kepribadian Kita Akan mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungan Kita....bahkan jika salah satu orang tua Kita...Kita anggap tidak menjadi idola Kita...maka Akan mencari pelarian idola lainnya....
Aku juga dari SD hingga SMP merasa tomboy Dan  lakukan banyak kegiatan sekolah yang kegiatannya maskulin sekali...(bola volley, basket, silat, dll) sampai lomba2 juga...
Alhamdulillah, Kita banyak bersyukur, Allah menjaga Fitrah Kita Dan membimbing untuk bertemu dengan para guru atau pembimbing yang bisa membimbing Kita lebih baik sesuai agama Kita....walaupun tidak maksimal Kita dapatkan dari orang tua Kita....
Akhirnya...doa orang tua yang shaleh tentu menginginkan anaknya menjadi Anak sholeh Dan berguna..walau mereka tidak bisa Mendidiknya secara langsung....❤❤❤
With much love from us group 4 to all Bunprof di group ini. ❤❤❤❤

Tia :  Saya juga di masa kecil menganggap jadi tomboy itu hal yang keren.. bisa jadi efek nonton film Hollywood ya seperti Karate Kid (yg tokohnya perempuan), sailor jupiter, sailor uranus.. tokoh2  yg kelihatan keren dengan gaya tomboynya
Dulu mungkin ibu2 kita gak kepikiran ya tontonan begitu bisa berpengaruh ke anak... kalo sekarang saya jadi mikir, ngasih apapun ke anak harus di filter orangtua nih 😅

Rahma :  Namun, tetap Kita Sayangi Dan hormati orang tua Kita apa adanya...dengan doa, tangan dan keringat juga tangis merekalah Kita menjadi seperti sekarang ini.....🙏🙏🙏

Tia :  Perihal membedakan 'peran' laki dan perempuan, aku ada kebingungan nih buibuk..
1. Apakah yg boleh main masak2an hanya anak perempuan? Karena masak itu kan sebetulnya lifeskill yah... dan roleplay itu membangun imajinasi anak
2. Apakah yg boleh suka bunga hanya anak perempuan?
3. Begitu pula apakah bola dan mobilan hanya untuk anak laki?
4. Urusan pembedaan warna (pink hanya untuk anak perempuan, menyisakan warna2 suram untuk anak laki )
Jawaban :
Rifni : Menyimak juga mungkin ada ibu2 yg lebih berpengalaman... kalo utk no 1, kalo belajar life skill memasak (motong2, ngupas telur, bikin kue) aku ajakin anakku terlibat. Kalo buat roleplay masak2an sejauh ini sih nggak pernah ya..

Renie Iip: Naah.. Ini aku alamin mbaa...
Karna anak pertama saya cewek dan yg ke dua laki-laki..
Kalo kk nya main masak2an, adek nya saya ajarkan ambil peran sebagai pembeli. Kakaknya yg masak.
Kalau soal bunga, si adek emang gak suka bunga.. Sukanya metikin bunga tetangga buat ditebar🙈
Si kakak juga main mobil2an, krn bbrp kali naik busway, driver nya wanita. Dan tante2 nya oada naik motor kesana sini. Saya jelaskan bhw wanita memang hrs mandiri spy jika gak ada yg bisa bantuin, tetap bisa dikerjakan sendiri.
Dia sih menanggapi nya, spy kakak bisa anterin bunda ke pasar, ke sekolah, ngajar pramuka 😄
Kalo soal warna, anak anak saya kasih liat aja isi lemari ayah nya dan saya. Liat baju ayah banyak nya warna apa.. Baju2 saya bnyk warna apa
Rumyimah: Saya termasuk yang setuju dgn pendapat bahwa laki-laki pun harus cakap mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mengepel, mencuci, memasak dll. Bukan untuk merendahkan martabatnya sbg qawwam, namun sebagai bekal supaya nanti dalam kehidupan rumahtangga lebih empati dg istrinya

Penutup Presentasi

Baiklah....para Bunprof Nan sholehah....Kita tutup sesi diskusi Kita Kali ini ya....waktu juga yang membatasi Kita siang ini....masih banyak agenda lainnya yang mesti Kita lakukan....
Alhamdulillahi Rabbal'alamiin, Mohon Ma'af atas segala kekurangan Dan semoga diskusi Kita bermanfaat...
Kita terus Belajar Dan berbagai untuk bisa merubah diri menjadi lebih baik...untuk anak-anak Kita sebagai generasi penerus Kita, yang Kita inginkan lebih baik dari Kita... Amiinn ya Rabbal'alamiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar