Fitrah Seksualitas Anak Pre Aqil Baligh (7-10 tahun) oleh
kelompok 4
Pada presentasi kali ini kami akan membuka dengan tema
Fitrah Seksualitas Anak Pre Aqil Baligh (7-10 tahun). Temanya sama dengan
kelompok 3 kemarin tapi InsyaAllah dengan sudut pandang yang sedikit berbeda.
Mengapa kami memilih masa pre aqil baligh? Jujur alasan
pertama karena klo liat dari alur presentasi kelompok, rasa-rasanya kami pas
ngebahas tema ini
Alasan kedua karena anak-anak kami ada atau sebentar lagi
akan masuk ke rentang usia ini. Jadi sekalian mempersiapkan anak
Sebelumnya kami akan berikan 3 artikel. 3 artikel ini kami
anggap contoh riil dari permasalah fitrah seksualitas yang terjadi saat ini.
Case 1
KETIKA LAKI-LAKI DAN NEGARA TAK BERFUNGSI
Penulis : Ria Fariana
Sumber : http://www.voa-islam.com
Hari ini, saya ngobrol dengan seorang nenek penjual nasi
pecel. Usianya 83 tahun dan sudah sakit-sakitan. Ia memunyai satu anak
laki-laki yang tinggal serumah dengannya bersama dengan istri dan dua anaknya.
Anak laki-laki ini bekerja sebagai tukang becak tapi jarang beroperasi
becaknya. Dia lebih memilih duduk atau tiduran di becaknya sambil menikmati
semilir angin. Intinya, anak laki-laki ini malas bekerja keras demi menafkahi
anak dan istrinya.
Si istri atau menantu nenek penjual nasi pecel ini tidak mau
membantu mertuanya berjualan. Ia lebih memilih nonton TV dengan santai di
rumah. Anak pertamanya yang perempuan pun harus drop out dari SMK karena hamil
duluan. Setelah dinikahkan dan melahirkan, ia, bayi serta suaminya yang
pengangguran tinggal di rumah tersebut dan menjadi beban si nenek tersebut.
Bayangkan, setua itu dia harus memberi makan 7 mulut di rumahnya.
Di kesempatan yang lain, nenek berusia 87 tahun penjual
kerupuk seharga seribuan curhat pada saya. Ia keliling dari kampung ke kampung
menjajakan dagangannya demi laba seratus rupiah per bungkus kerupuk. Anaknya
sembilan dan sudah menikah semua. Tak ada satu pun yang mau menanggung biaya
hidup ibunya. Nenek ini sebetulnya memunyai uang pensiun dari suaminya yang
mantan angkatan. Tapi karena ada salah satu anaknya yang hidupnya sangat miskin
sehingga ia tidak tega dan memberikan uang tersebut untuk keluarga anaknya.
Jadilah untuk makan dan biaya kostnya, ia berjualan kerupuk tersebut.
Dua ilustrasi di atas, bisa jadi membuat hati kita iba dan
miris. Sosok yang seharusnya sudah beristirahat di masa tua, masih saja
membanting tulang bukan demi dirinya tapi anak dan cucu juga. Salah satu teman,
mengatakan bahwa fenomena demikian tidak membuatnya iba tapi marah. Kemana
nurani anak dan cucunya? Kemana pemahaman dan bakti si muda pada yang tua? Apalagi
bila ada sosok laki-laki di sana, betapa teganya ia membiarkan ibunya mencari
receh demi memberi makan keluarga.
Tanggapan :
Siti Cholidah: Miris dan sedih .... kl menurut sy pribadi
segala sesuatu terjadi ada sebab dan akibat. Kembali ke ajaran agama dan
berpedoman kepada Al Quran mnjd salah satunya. Apalagi masalah pendidikan dan
pengasuhan anak.
Widi : Bismillah
Mencoba menanggapi.
Saya pernah bersinggungan dengan kasus seperti ini. Tetangga
ada yg begini. Jadi karena awalnya si ibu dulu juga hidup dibawah garis
kemiskinan, jadi menitipkan anak2nya yg banyak utk diurus tetangganya yg dengan
ikhlas mau menjaganya (dari cerita orang2) sementara si ibu menjadi buruh tani.
Sementara suami si ibu meninggal.
Jadi mungkin anak2nya kurang vitamin AB sekaligus. 😢 Pernah dapat bantuan dari
dinas sosial tapi dikelola dg TDK bertanggung jawab oleh anak2nya. Jadi bantuan
diputus.
Jadi permasalahan selesai ketika ibunya meninggal, anak2nya
baru tergerak mau kerja kasar (krna pendidikan yg rendah)
Sedih yaak
Rahmi : boleh tau kah
kenapa mirisnya?
Siti Cholidah: Miris dan sedih mba, memiliki anak2 yg tdk
bertanggung jawab. Pdhl miskin bukan masalah, namun keimanan yg plg ptg.
Seandainya si ibu mendoakan anak2nya insya Allah anaknya akan berubah.
Sepanjang sang ibu menjaga ketaqwaan kpd Illahi.
Uli : Innalillahi... Sedih ya, suka tidak suka ini adalah
potret hidup bagi sebagian masyarakat di indonesia. Bisa jd karena dulu orang
tua terlalu memanjakan si anak, jd anak malas untuk bekerja. Semoga kita
terhindar dari hal tsb. Aamiin
case 2
Bunda, Didiklah Anak Sesuai Fitrahnya Penulis : Yana
Nurliana Sumber : http://www.voa-islam.com
Saya mendengarkan 'sekilas info' di radio streaming bahwa
Angelina Jolie dan Brad Pitt membawa anaknya ke psikiater karena perkembangan
jiwa tomboy anak cewek 9 tahunnya makin memprihatinkan. Masak sih?
Setahu saya, lewat media juga, bahwa Jolie adalah orang yang
paling bertanggung jawab 'mendandani' anaknya seperti lelaki sejak usia 4
tahun. Saya langsung buru-buru searching berita dari media berbahasa Inggris.
Ternyata berita yang seliweran di media online, malah
semakin mendukung dugaan saya. Jolie Pitt sedang mendukung anaknya menjadi anak
laki-laki, senyaman-nya. Duh! Bahkan di salah satu penampilan terbaru keluarga
mereka, Pitt, secara perdana meminta media dan masyarakat mengganti sapaan nama
Shiloh, gadis 9 tahun itu menjadi John, seperti nama yang diinginkan anaknya
tersebut.
Media barat serempak memberi apresiasi, apalagi para
komunitas LGBT. Mereka malah membuat istilah baru "TranKid" (Banci
Cilik) untuk mendukung Jolie Pitt sebagai orangtua paling toleran dalam
mendidik anak-anaknya menjadi yang mereka inginkan. Gleks! Bahkan media populer
Inggris Telegraph.co.uk membuat ulasan yg lebih banyak mengutip komentar para
aktifis gender yang tentu saja 'mendikte' pembaca untuk mendukung metode parenting
'gila' pasangan ini.
Sayangnya isu pertumbuhan anak cewek tomboy, atau anak cowok
melambai bukan hal yang baru di Indonesia bahkan mungkin di lingkungan kita. Di
gang Kampung Baru, Balikpapan, kampung kelahiran saya, sekitar tahun 90an, ada
2 anak perempuan yang DIBIARKAN tumbuh dan bergaya laki-laki. Awalnya dianggap
lucu saat balita. Ya lucu. Anak cewek kok berdandan cowok. Dan sekarang kedua
gadis kecil itu tumbuh dewasa dan resmi menjadi seorang Lesbian. Perawakan,
gaya, dandanan, sangat lelaki. Sedihnya.
Tetangga kami di Jombang, anak perempuan 5 tahun, setiap
hari berdandan dan bergaya laki-laki. Baju dan mainan yg dikenakan sehari-hari
sangat 'lelaki'. Termasuk, ia lebih jago mengocek bola sepak daripada Thoriq,
anak laki-laki saya. Karena dia marah dibilang cantik, maka saya semakin
memanggilnya cantik setiap ketemu.
"Hey cantik, bonekanya mana? Ke rumah ummi yuk! Ummi
banyak boneka. Nanti ummi kasih.” Dan biasanya dia akan ngambek, dan melengos.
"Emoh! Aku sukanya Bal-bal-an." (Gak mau, aku
sukanya main bola).
Lucu? Iya, sekarang. Setiap bertemu ibunya, kalimat
pembelaan dirinya selalu sama.
"Anaknya gak mau dipakein baju cewek ehh, ngamuk. Semua
baju yang saya belikan akhirnya kemeja sama jeans cowok.”
Saya dan suami biasanya melongo. Bagaimana bisa anak 5 Tahun
sudah begitu powerfull-nya mengintimidasi orangtua memenuhi semua keinginannya.
Ini baru 5 tahun lho buuun! Saat usia segitu saja bunda
tidak bisa berbuat apa-apa pada semua permintaannya. Lalu, apa yang bunda
harapkan di usia remajanya? Karena pasti saat berdebat dan berargumen, akan
lebih canggih dari sekarang? Bahkan saat berbeda ekstrim, dia bisa minggat.
Kecuali memang, Bunda menginginkan dia tumbuh dan menjadi lelaki.
Tanggapan :
Sani Iip: lemahnya
pondasi iman, kemalasan, kemiskinan, dan apatis
definisi fitrah seksualitas
PRE AQIL BALIGH I (7-10 tahun)
What To DO?? MEMBANGKITKAN KESADARAN FITRAH SEKSUALITAS
HOW??
✓ Anak LAKI-LAKI didekatkan ke AYAH → memahami peran sosial
seorang lelaki dan seorang ayah dari ayahnya
✓ Anak PEREMPUAN didekatkan ke IBU →
memahami peran sosial seorang perempuan dan seorang ibu dari ibunya
INDICATOR OF ACHIEVEMENT??
1. Ayah jadi FIGUR IDOLA anak laki-laki
2. Ibu jadi FIGUR IDOLA anak perempuan
3. Sadar akan pribadi dirinya sebagai laki-laki atau
perempuan dan tahu konsekuensi
atau tanggung jawabnya.
Yang kami garis bawahi adalah
Peran laki-laki dan perempuan TIDAK SAMA
tetapi SALING MELENGKAPI
Kali ini kami akan lebih membahas bagaimana mengarahkan
fitrah seksualitas di usia pre baligh 1 (7- 10 tahun), diantaranya dengan
membahas 2 contoh kegiatan
Contoh kegiatan berkaitan dengan Fitrah Seksualitas
1. Menanamkan kelelakian (jiwa maskulinitas) pada anak
laki-laki dan keibuan (jiwa feminitas) pada anak perempuan
2. Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan
Pada case 1 dan case 2. terlepas kita tidak mengetahui
kondisi/penyebab sebenarnya, kita dapat mengira2 bahwa ada masalah mengenai
jiwa kelakilakian dan jiwa keperempuanan pada individu bersangkutan maka hal
ini yang peelu dikembangkan di rentang usia ini
pembahasan dari kami, ada bbrp hal yang dapat kita lakukan
untuk menanamkan kelelakian (jiwa maskulinitas) pada anak laki-laki dan keibuan
(jiwa feminitas) pada anak perempuan.
Kasus pada case 1 Kasus diatas menggambarkan bahwa kurangnya
pemahaman anak mengenai peran laki-laki dan peran perempuan.Anak laki-laki
harus disadarkan peran kelelakiannya sebagai seorang PEMIMPIN dan PENCARI
NAFKAH contohnya dengan cara-cara seperti:
1.Rapat Keluarga : Diskusi mengenai rencana keluarga yang
dapat melibatkan anak-anak. Misalnya, rencana liburan, rencana renovasi kamar
Anak Dan biarkan sang ayah yang memimpin Dan menunjukkan jiwa kepemimpinannya.
Sang Ibu menunjukkan sebagai copilot dalam diskusi tersebut sebagai fasilitator
Dan moderator.
2.Shalat berjamaah di Masjid : Sang ayah mengajak Anak
laki-lakinya untuk shalat berjamaah di Masjid. Sang ayah Sudah terlebih dahulu
rajin shakat berjamaah di Masjid sebagai contoh bagi anak-anaknya. Shalat
berjamaah di Rumah juga bisa, dengan ayah atau Anak laki-lakinya menjadi imam
Dan posisinya didepan.
3.Memberi pengertian kenapa ayah bekerja setiap hari :
tunjukkan Dan jelaskan bahwa ayah rajin bekerja Dan mengapa harus bekerja. Agar
Anak-anak laki-lakinya mencontoh Dan mengidolakan sang qyah yang giat bekerja
namun juga rajin beribadah
•PEMBAHASAN CASE 2
•Orang tua yang tidak memberikan pemahaman identitas
seksualitas diri sejak Dini. (Ini Sudah dibahas pada diskusi kelompok 1 &
2)
•Orang tua yang tidak memberikan contoh Akan Fitrah
Seksualitas sesuai dengan gender baik perilaku maupun pakaian sehari-hari
sebagai identitas dirinya.
•Lingkungan atau tetangga yang kurang mengarahkan kepada
Anak sesuai dengan fitrah seksualitqsnya.
•Waspada Dan melek diri bahwa jika terjadi penyimpangan
Seksualitas, maka bisa Jadi mendapat dukungan dari komunitas yang menyimpang
tersebut (komunitas LGBT) bahkan secara international, MENGINGAT saat ini
adalah era global Dan informasi yang terbuka Dan tersebar luas.
Pembahasan yang terakhir adalah mengenai pemisahan tempat
tidur
Diskusi :
Rifni IIP: Terkait case ini, saya jadi teringat masa2 labil
waktu usia SMP. Dulu tuh saya merasa tomboy itu keren, jadi walaupun saya
berjilbab, suka banget hal2 berbau cowok: sepakbola, musik2 rok, aksesoris2,
terus ga pernah pake rok selain seragam. Sampe cikal bakal saya pengen banget
kuliah di jurusan teknik. Setelah dipikir2 nggak tau juga sih kenapa, mungkin
karena saya dulu lebih mengidolakan sosok ayah dibandingkan ibu. Yang ada di
benak saya dulu ibu itu galak, hampir setiap hari ngomel; sementara ayah itu
penyabar, nggak pernah marahin. Atau bisa jadi karena orientasi ortu saya yg
terlalu mementingkan akademis, sehingga life skill kewanitaan saya kurang
terasah di rumah. Tapi seiring berjalannya waktu, usia SMA-kuliah gitu mulai
suka yg feminin2, bunga2, kerajinan tangan, pekerjaan rumah tangga, dll. hingga
bisa seperti sekarang 😅😅
#maafcurhatkepanjangan
Rahma : Terima kasih
sharingnya Mba Rifni....
Memang kepribadian Kita Akan mudah sekali dipengaruhi oleh
lingkungan Kita....bahkan jika salah satu orang tua Kita...Kita anggap tidak
menjadi idola Kita...maka Akan mencari pelarian idola lainnya....
Aku juga dari SD hingga SMP merasa tomboy Dan lakukan banyak kegiatan sekolah yang kegiatannya
maskulin sekali...(bola volley, basket, silat, dll) sampai lomba2 juga...
Alhamdulillah, Kita banyak bersyukur, Allah menjaga Fitrah
Kita Dan membimbing untuk bertemu dengan para guru atau pembimbing yang bisa
membimbing Kita lebih baik sesuai agama Kita....walaupun tidak maksimal Kita
dapatkan dari orang tua Kita....
Akhirnya...doa orang tua yang shaleh tentu menginginkan
anaknya menjadi Anak sholeh Dan berguna..walau mereka tidak bisa Mendidiknya
secara langsung....❤❤❤
With much love from us group 4 to all Bunprof di group ini. ❤❤❤❤
Tia : Saya juga di
masa kecil menganggap jadi tomboy itu hal yang keren.. bisa jadi efek nonton
film Hollywood ya seperti Karate Kid (yg tokohnya perempuan), sailor jupiter,
sailor uranus.. tokoh2 yg kelihatan
keren dengan gaya tomboynya
Dulu mungkin ibu2 kita gak kepikiran ya tontonan begitu bisa
berpengaruh ke anak... kalo sekarang saya jadi mikir, ngasih apapun ke anak
harus di filter orangtua nih 😅
Rahma : Namun, tetap
Kita Sayangi Dan hormati orang tua Kita apa adanya...dengan doa, tangan dan
keringat juga tangis merekalah Kita menjadi seperti sekarang ini.....🙏🙏🙏
Tia : Perihal
membedakan 'peran' laki dan perempuan, aku ada kebingungan nih buibuk..
1. Apakah yg boleh main masak2an hanya anak perempuan?
Karena masak itu kan sebetulnya lifeskill yah... dan roleplay itu membangun
imajinasi anak
2. Apakah yg boleh suka bunga hanya anak perempuan?
3. Begitu pula apakah bola dan mobilan hanya untuk anak
laki?
4. Urusan pembedaan warna (pink hanya untuk anak perempuan,
menyisakan warna2 suram untuk anak laki )
Jawaban :
Rifni : Menyimak juga mungkin ada ibu2 yg lebih berpengalaman...
kalo utk no 1, kalo belajar life skill memasak (motong2, ngupas telur, bikin
kue) aku ajakin anakku terlibat. Kalo buat roleplay masak2an sejauh ini sih
nggak pernah ya..
Renie Iip: Naah.. Ini aku alamin mbaa...
Karna anak pertama saya cewek dan yg ke dua laki-laki..
Kalo kk nya main masak2an, adek nya saya ajarkan ambil peran
sebagai pembeli. Kakaknya yg masak.
Kalau soal bunga, si adek emang gak suka bunga.. Sukanya
metikin bunga tetangga buat ditebar🙈
Si kakak juga main mobil2an, krn bbrp kali naik busway,
driver nya wanita. Dan tante2 nya oada naik motor kesana sini. Saya jelaskan
bhw wanita memang hrs mandiri spy jika gak ada yg bisa bantuin, tetap bisa
dikerjakan sendiri.
Dia sih menanggapi nya, spy kakak bisa anterin bunda ke
pasar, ke sekolah, ngajar pramuka 😄
Kalo soal warna, anak anak saya kasih liat aja isi lemari
ayah nya dan saya. Liat baju ayah banyak nya warna apa.. Baju2 saya bnyk warna
apa
Rumyimah: Saya termasuk yang setuju dgn pendapat bahwa
laki-laki pun harus cakap mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mengepel,
mencuci, memasak dll. Bukan untuk merendahkan martabatnya sbg qawwam, namun
sebagai bekal supaya nanti dalam kehidupan rumahtangga lebih empati dg istrinya
Penutup Presentasi
Baiklah....para Bunprof Nan sholehah....Kita tutup sesi
diskusi Kita Kali ini ya....waktu juga yang membatasi Kita siang ini....masih
banyak agenda lainnya yang mesti Kita lakukan....
Alhamdulillahi Rabbal'alamiin, Mohon Ma'af atas segala
kekurangan Dan semoga diskusi Kita bermanfaat...
Kita terus Belajar Dan berbagai untuk bisa merubah diri
menjadi lebih baik...untuk anak-anak Kita sebagai generasi penerus Kita, yang
Kita inginkan lebih baik dari Kita... Amiinn ya Rabbal'alamiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar