Selasa, 29 Mei 2018

Fitrah Seksualitas Pre Aqil Baligh(7-10 tahun)



Presentasi kelompok 3

Mengapa kami memilih masa pre aqil baligh? Dewasa ini kami melihat bahwa banyak sekali para remaja yang notabene dalam islam sebenarnya tidak mengenal istilah remaja mengalami krisis identitas jadi secara fisik sudah dewasa namun secara akal fikiran masih sangat kekanak kanakan dan masih sangat labil.

Apalagi di era milenial seperti saat ini dimana hampir seluruh anak- anak di usia pre aqil baligh memilik smart phone sendiri satu sisi menjadi nilai positif namun di sisi lain nilai negatifnya pun banyak sekali.

Anak2 lebih mudah mendapatkan informasi, termasuk pemberitaan mengenai sex, games yang merusak otak dan lain sebagainya. Yang jika tidak didampingi oleh orang tua maka akan berakibat fatal di masa depan.

Oleh karena itu, penguatan masa pre akil baligh menjadi sangat penting yakni pendampingan orang tua secara penuh dengan diskusi dan keterbukaan serta penjelasan-penjelasan terkait gender, perubahan hormon yang nantinya akan terjadi pada anak-anak yang biasanya dimulai ketika usia 10 atau 11 tahun.

Hal-hal yang menurut kita tabu untuk di bicarakan sebenarnya menjadi suatu yang sangat penting dalam membangkitkan fitrah seksualitas anak-anak jika kita sebagai orang tua tidak mendampingi secara penuh dan terbuka maka anak-anak pasti akan mencarinya di luar termasuk dari internet yang mana belum tentu informasi tersebut sesuai dengan fitrah seksualitas anak seharusnya.

Mengutip tulisan ustadz Harry Sentosa :

"Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.

Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.
Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.

Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki dewasa atau suami yang kasar, egois dsbnya.

Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.
Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya".

Diskusi  :

Renie Iip: Tantangan apa yg teman2 temui saat pengerjaan tugas kelompok ini ? Dan bgmn solusinya?
Jawaban :
Uli : Hihi kesulitannya jam online dan kegiatan yang berbeda
Novita :  Kalo yg jelas dirasakan adalah koordinasi krn jam online seringnya tidak bareng, keterbatasan referensi, dan karena kami masih berproses menjadi orang tua...perjalanan yang insya Allah masih panjang
Niya : Betul mbak, kesulitannya jam online yang tidak bersamaan, kemudian masing2 pas ada kesibukan diluar kuliah bunsay. Menentukan bahasan agak lebih spesifik dari referensi  fitrah seksualitas yang ada
Uli : Setelah masing2 mencari referensi maka kami berbagi tugas siapa yang merumuskan materi, membuat presentasi, menjadi moderator, presenter, dll

 Rizky IIP: Bagaimana solusinya ketika seorang anak sudah terlanjur terlewat pendidikan seksualitas pada masa kanak2, tidak dekat dengan kedua orang tuanya Karena sibuk bekerja. Kemudian sudah berperan menjadi orang tua ? Terimakasih
Jawaban :
Uli :Karena waktu tidak bisa terulang, maka yang bisa di lakukan adalah mendidik diri sendiri dengan banyak membaca, mengikuti sekolah orang tua dan memutus rantai artinya tidak mengulang kesalahan yang sama dalam mengasuh anak.
Novita :Menurut saya, pertama keinginan untuk menjadi lebih baik itu harus datang dari dalam diri sendiri..apa yg bisa dilakukan oleh kita untuk membantu orang tersebut sama seperti yg selalu disampaikan oleh ustad harry, doakan jangan diamkan, dukung, beri support..
Niya : Berusaha mendekatkan dirinya kembali kepada kedua orang tuanya, untuk membayar dan mengatasi ketidak dekatannya yang terdahulu. Banyak belajar dan berusaha sebisa mungkin agar tidak terulang kepada anak2 nya dengan memberikan quality time dan pendampingan serta hadir sepenuhnya untuk anak2 nya

Rahma :
1. Bagaimana menjelaskan kepada Anak : " kok pintu kamar, Bunda/Ayah kunci? Kenapa?
2. Bagaimana membuat Anak berani untuk tidak mau digemesin oleh para Sepupu2 nya...?
Jawaban :
1. Dijelaskan kepada anak bahwa ayah bunda juga butuh untuk istirahat di kamar tanpa mendapatkan gangguan
2. Ditanamkan kepada anak bahwa tubuhnya sangat berharga, tidak sembarangan orang boleh menyentuh.




Yuli :
Ada orang terdekat aku yang sedang diberi ujian cukup besar..
Suami nya ketauan berselingkuh namun  oleh keluarga besarnya ditahan untuk bercerai karna permasalahan nafkah dan orang tua yg sudah sepuh.
Waktu sudah di sidang oleh keluarga besar suami nya dan sudah meminta maaf dan berjanji akan meninggalkan selingkuhan nya namun nyata nya janji hanya janji. Istri nya tetap mendapatkan si suami berselingkuh.
Dan masalah terbesar sekarang adalah Anak2 nya. Semenjak berselingkuh suami nya jadi jarang di rumah. Pulang malam berangkat pagi. Sabtu dan minggu suami narik ojol. Jadi kedekatan dengan anak pun tak ada.
Belum lagi suaminya ini kurang agama dan sering berkata kasar. Sholat bolong2 dan dilakukan di rumah. Klo marah ke istri pun di depan anak2 nya. Perkataan kasar pun sering di lontarkan.
Membantu mendidik pun tidak mau bahkan sekarang menyuruh istri nya kembali bekerja karna merasa tidak sanggup menafkahi keluarga.
Oh iyah suami nya itu berfikir mengajak main anak itu adalah ke mal ajak makan atau nonton.
Efeknya sekarang anaknya yg besar usia delapan tahun memiliki sifat yg subhanalloh selalu membuat orang mengelus dada.
Anak ini tidak memiliki teman,karna anak ini hobi sekali membully tp tersinggung klo di ingatkan bahkan marah besar jika di balas..
Perkataan kasar dan main tangan ke semua orang bahkan ibunya..
Tidak bisa dikasih masukan. Jika diberitahukan secara lembut dia tak mau dengar klo ditegaskan dimenangkan sambil berkata kasar.
Ingin nya selalu diturunkan semua kemauan nya tp tidak mau mengikuti rule yang dibuat..
Ibunya sering dibuat menangis. Apalagi sekarang adiknya yg perempuan pun sudah mulai berperilaku yg sama..
Dan terakhir minggu lalu ketika sedang kumpul keluarga anak ini memegang payudara sepupu perempuan nya..
Mungkin ada masukan. Kira2 apa yg harus dilakukan ibunya?
Ibunya takut sekali klo anaknya menjadi seperti ayah nya. Apalagi pernah dengar ceramah klo dosa jinah itu seperti hutang yg bisa turun menurun klo tidak bertobat..

Rahma :  minta bantuan konkreat orang ketiga bisa Dep Agama, Ustadz, penasehat pernikahan atau saudara yang dituakan Dan bijaksana untuk memberikan nasehat Dan solusi untuk laki2 tersebut. Wanita dan Anak-anak harus tidak boleh menjadi korban kelalaian atau ketidak optimalan peran Laki-laki atau ayah.wanita Dan Anak-anak berhak hidup bahagia, di ayomi Dan di bimbing. Baik materi Dan immaterial nya....
Rumyimah: Sepertinya anak laki-laki ini kehilangan figur seorang bapak mbak. Entah hub anak dan bapak selama ini baik-baik saja atau memang sudah bermasalah dari awal, namun dengan ditambah kejadian dan peristiwa terkini, keadaan semakin parah. Pengalaman saya sendiri, anak itu  sama bapak/suami jauh lebih nurut dibandingkan dengan saya. Saya sudah ngomong berbusa-busa, paling bilangnya iya, tp malas-malasan melakukan, tapi ketika ayahnya yg sounding ke anak, mereka langsung nurut
Dengan kehilangan figur bapak tsb, dia merasa bisa berbuat semaunya dan sesukanya
Saran saya, ibu minta bantuan keluarga besar, semoga ada figur yang bisa mendekati si anak pelan-pelan sambil memberikan nasehat dan teladan yang baik
Novita : Kalau sudah kompleks sekali kita wajib meminta bantuan pihak ketiga. Dan pandangan pribadi saya bila cerai dirasa baik cerailah, jangan karena khawatir nafkah, insya Allah rejeki tidak akan tertukar..

PENUTUP :

Membangkitkan fitrah seksualitas anak sangatlah penting karena fitrah ini tidak hanya menyangkut diri si anak saja, namun berhubungan  dengan seluruh aspek kehidupannya kelak di masa yang akan datang ketika anak2 kita sudah mencapai usia aqil baligh. Membangkitkan fitrah seksualitas memerlukan tahapan waktu yang panjang dan dalam prosesnya perlu kehadiran orang tua secara penuh untuk mendampingi. Karena fitrah seksualitas yang paripurna akan melahirkan laki-laki dan perempuan yang memiliki akhlak yang mulia terhadap pasangan dan keturunannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar